6. Pedagang Hingga Pejabat Tertipu Perusahaan
Investasi
#6 - Pedagang Hingga Pejabat Tertipu Perusahaan
Investasi
SRIPOKU.COM, LAHAT - Puluhan
investor yang menanamkan investasi di PT Eka Pioneer Groupindo, satu per satu
mulai memberikan laporan ke Mapolres Lahat. Mereka mengaku tertipu perusahaan
investasi yang bergerak dibidang trading tersebut, karena uang ratusan juta per
orang yang menjadi modal awal tidak kunjung dikembalikan. Bahkan bunga
investasi yang dijanjikan juga tak kunjung dibayar, hingga mereka sadar merasa
tertipu.
Dari informasi yang berhasil
dihimpun, para investor sebenarnya sudah mulai kasak-kusuk sejak enam bulan
belakangan. Sebab manajemen PT Eka Pioneer Groupindo tidak kunjung membayar
bunga sebesar 5 hingga 10 persen yang dijanjikan dari total nilai investasi
yang ditanamkan. Bahkan beberapa investor yang meminta investasi awal
dikembalikan, tidak kunjung dipenuhi.
Para
investor pun berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pedang, ibu rumah
tangga (IRT) pegawai negeri sipil (PNS), hingga pengusaha. Bahkan dikabarkan
beberapa pejabat teras di Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Lahat juga ikut serta
menanamkan modal. Tak tanggung-tanggung ada lebih dari 400 investor yang sudah
menanamkan modal, mulai dari kisaran Rp 10 juta hingga ratusan juta rupiah.
Beberapa orang sudah mencoba
menghubungi manajemen PT Eka Pioneer Groupindo, termasuk bertemu dengan
direktur utama yakni Eka Saputra. Mereka pun dijanjikan akan mendapat
pembayaran bunga bulan depan, sekaligus pengembalian modal yang sudah ditanaman
bagi yang sudah mengajukan permohonan penarikan. Namun janji tersebut tidak
kunjung ditepati, hingga beberapa investor kehabisan kesabaran dan membawa
kasus ini ke jalur hukum.
"Saya sudah datangi Dirutnya
tahun lalu, dan bertemu langsung sama pak Eka Saputra. Tapi cuma janji saja,
uang tidak dibayar hingga saat ini," ujar Sabar M (65) salah satu
investor, di mapolres Lahat, Rabu (6/11/2013).
Sabar M mengaku tertarik menjadi
investor, setelah mendapat penjelasan dari salah satu teman yang sudah bergabung
sebelumnya. Ia lalu memeriksa izin usaha dan berbagai persyaratan lain, untuk
memastikan bila PT Eka Pioneer Groupindo bukan perusahaan investasi bodong.
Ditambah lagi adanya bonus berupa mobil mewah, bagi investor yang mampu
mengajak warga lain turut berinvestasi dalam jumlah banyak. Hal tersebut mirip
dengan bisnis multi level marketik (MLM), karena mereka wajib mencari investor
baru lagi.
Setelah yakin perizinan yang
dimiliki lengkap, ia pun langsung menginvestasikan uang sebesar Rp 120 juta pada
November 2011. Sabar berharap bisa mendapatkan bunga setiap bulan, sesuai dalam
perjanjian yang disepakati. Awalnya perusahaan memang membayarkan kewajiban
mereka, bahkan tidak pernah terlambat. Sehingga membuat investor percaya, dan
semangat untuk mencari warga lain untuk diajak berinvestasi.
Namun managemen PT Eka Pioneer
Groupindo mulai tidak beres pada tahun kedua ia berinvestasi. Sebab kewajiban
perusahaan tiap bulan yang biasa ia terima, tidak kunjung dibayarkan. Hal
tersebut tentu membuatnya pria yang merupakan pensiunan pegawai negeri sipil
(PNS) dan para investor lain, mulai merasa was-was. Mereka pun mulai
berdatangan ke kantor perusahaan investasi tersebut, yang terletak di sebuah
ruko Jl Kol H Barlian Kelurahan Bandar Jaya Kota Lahat. Manajemen menjanjikan
akan segera melunasi tunggakan bulan berikutnya, namun hingga kini tidak
kunjung ditepati. Bahkan kantor tersebut bahkan sudah tutup sejak beberapa
bulan lalu, tidak ada lagi aktivitas bahkan papan nama sudah dilepas.
Menurut Warga Jl Guru-guru ini
ada lebih dari 400 orang investor, yang berinvestasi di sana.
Sebagian besar belum menerima bunga yang dijanjikan setiap bulan, termasuk uang
investasi awal yang kemungkinan mencapai puluhan milyar. Hingga kini baru
beberapa saja yang sudah memberikan laporan ke polisi, namun ia yakin lambat
laun semua akan menempuh jalur hukum.
"Entah sudah kabur ke mana
pak Ekanya. Ada ratusan orang yang
mencarinya, untuk meminta uangnya dikembalian," imbuh Sabar, yang meminta
agar Sripo meminta keterangan detail dengan polisi saja.
Kapolres Lahat AKBP Budi Suryanto
melalui Kasat Reskrim Iptu Hidayat Amin ketika dikonfimasi menjelaskan,
pihaknya memang sudah menerima beberapa laporan mengenai aktivitas PT. Eka
Pioneer Groupindo. Meski tidak merinci jumlahnya, namun ia meyakini sudah ada
puluhan dan kebanyakan merasa dirugikan karena uang investasi awal dan bunga
tidak dibayarkan.
Pihaknya kini sedang mencari
Direktur Utama PT Eka Pioneer Groupindo, untuk dimintai keterangan. Namun
sepertinya yang bersangkutan sudah menghilang, dan hingga kini tidak diketahui
keberadaannya. Kantor perusahaan yang terletak di Jl Kol H Barlian juga sudah
kosong, dan tidak ada aktivitas lagi.
"Sudah banyak yang melapor,
tapi jumlahnya saat ini belum saya cek. Nilai investasi pun bervariasi, hingga
ratusan juta. Kami masih cari direktur utama perusahaan tersebut, " ujar
Iptu Hidayat Amin di Mapolres Lahat.
Dari penulusuran Sripoku.com,
kantor PT. Eka Pioneer Groupindo terletak di sebuah ruko Jl Kol H Barlian
Kelurahan Bandar Jaya Kota Lahat. Ruko tersebut terdiri dari enam pintu, empat
diantaranya digunakan perusahaan tersebut, dan sisanya berdiri sebuah swalayan
ternama. Tidak ada aktivitas apapun di kantor tersebut, karena pintu
roolingdoor tertutup rapat. Menurut beberapa warga, kantor itu sudah tidak
beroperasi mulai sekitar lima bulan
lalu.
Sementera dari informasi yang
berhasil dihimpun, PT Eka Pioneer Groupindo bergerak di bidang trading saham.
Mereka menggunakan uang investasi yang setorkan investor, untuk melakukan
transaksi jual beli saham. Keuntungannya kemudian digunakan untuk operasional
kantor dan gaji pegawai, serta membayar bunga yang sudah tertuang dalam
perjanjian.
Sementara ada sebuah situs
yang menjelaskan tentang visi
misi perusahaan PT Eka Pioneer Groupindo. Namun kini sudah penuh hujatan dari
banyak orang, karena dianggap investasi penipuan. Di sana
juga disebutkan bila juga ada korban dari Meumere, dengan nilai investasi
milyaran rupiah.
0 komentar:
Posting Komentar