Kamis, 07 November 2013

Ringkasan Berita Sumsel 07 November 2013 (2 dari 2)



6.  Pedagang Hingga Pejabat Tertipu Perusahaan Investasi

#6 - Pedagang Hingga Pejabat Tertipu Perusahaan Investasi



SRIPOKU.COM, LAHAT - Puluhan investor yang menanamkan investasi di PT Eka Pioneer Groupindo, satu per satu mulai memberikan laporan ke Mapolres Lahat. Mereka mengaku tertipu perusahaan investasi yang bergerak dibidang trading tersebut, karena uang ratusan juta per orang yang menjadi modal awal tidak kunjung dikembalikan. Bahkan bunga investasi yang dijanjikan juga tak kunjung dibayar, hingga mereka sadar merasa tertipu.




Dari informasi yang berhasil dihimpun, para investor sebenarnya sudah mulai kasak-kusuk sejak enam bulan belakangan. Sebab manajemen PT Eka Pioneer Groupindo tidak kunjung membayar bunga sebesar 5 hingga 10 persen yang dijanjikan dari total nilai investasi yang ditanamkan. Bahkan beberapa investor yang meminta investasi awal dikembalikan, tidak kunjung dipenuhi.



Para investor pun berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pedang, ibu rumah tangga (IRT) pegawai negeri sipil (PNS), hingga pengusaha. Bahkan dikabarkan beberapa pejabat teras di Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Lahat juga ikut serta menanamkan modal. Tak tanggung-tanggung ada lebih dari 400 investor yang sudah menanamkan modal, mulai dari kisaran Rp 10 juta hingga ratusan juta rupiah.



Beberapa orang sudah mencoba menghubungi manajemen PT Eka Pioneer Groupindo, termasuk bertemu dengan direktur utama yakni Eka Saputra. Mereka pun dijanjikan akan mendapat pembayaran bunga bulan depan, sekaligus pengembalian modal yang sudah ditanaman bagi yang sudah mengajukan permohonan penarikan. Namun janji tersebut tidak kunjung ditepati, hingga beberapa investor kehabisan kesabaran dan membawa kasus ini ke jalur hukum.



"Saya sudah datangi Dirutnya tahun lalu, dan bertemu langsung sama pak Eka Saputra. Tapi cuma janji saja, uang tidak dibayar hingga saat ini," ujar Sabar M (65) salah satu investor, di mapolres Lahat, Rabu (6/11/2013).



Sabar M mengaku tertarik menjadi investor, setelah mendapat penjelasan dari salah satu teman yang sudah bergabung sebelumnya. Ia lalu memeriksa izin usaha dan berbagai persyaratan lain, untuk memastikan bila PT Eka Pioneer Groupindo bukan perusahaan investasi bodong. Ditambah lagi adanya bonus berupa mobil mewah, bagi investor yang mampu mengajak warga lain turut berinvestasi dalam jumlah banyak. Hal tersebut mirip dengan bisnis multi level marketik (MLM), karena mereka wajib mencari investor baru lagi.



Setelah yakin perizinan yang dimiliki lengkap, ia pun langsung menginvestasikan uang sebesar Rp 120 juta pada November 2011. Sabar berharap bisa mendapatkan bunga setiap bulan, sesuai dalam perjanjian yang disepakati. Awalnya perusahaan memang membayarkan kewajiban mereka, bahkan tidak pernah terlambat. Sehingga membuat investor percaya, dan semangat untuk mencari warga lain untuk diajak berinvestasi.



Namun managemen PT Eka Pioneer Groupindo mulai tidak beres pada tahun kedua ia berinvestasi. Sebab kewajiban perusahaan tiap bulan yang biasa ia terima, tidak kunjung dibayarkan. Hal tersebut tentu membuatnya pria yang merupakan pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) dan para investor lain, mulai merasa was-was. Mereka pun mulai berdatangan ke kantor perusahaan investasi tersebut, yang terletak di sebuah ruko Jl Kol H Barlian Kelurahan Bandar Jaya Kota Lahat. Manajemen menjanjikan akan segera melunasi tunggakan bulan berikutnya, namun hingga kini tidak kunjung ditepati. Bahkan kantor tersebut bahkan sudah tutup sejak beberapa bulan lalu, tidak ada lagi aktivitas bahkan papan nama sudah dilepas.



Menurut Warga Jl Guru-guru ini ada lebih dari 400 orang investor, yang berinvestasi di sana. Sebagian besar belum menerima bunga yang dijanjikan setiap bulan, termasuk uang investasi awal yang kemungkinan mencapai puluhan milyar. Hingga kini baru beberapa saja yang sudah memberikan laporan ke polisi, namun ia yakin lambat laun semua akan menempuh jalur hukum.



"Entah sudah kabur ke mana pak Ekanya. Ada ratusan orang yang mencarinya, untuk meminta uangnya dikembalian," imbuh Sabar, yang meminta agar Sripo meminta keterangan detail dengan polisi saja.



Kapolres Lahat AKBP Budi Suryanto melalui Kasat Reskrim Iptu Hidayat Amin ketika dikonfimasi menjelaskan, pihaknya memang sudah menerima beberapa laporan mengenai aktivitas PT. Eka Pioneer Groupindo. Meski tidak merinci jumlahnya, namun ia meyakini sudah ada puluhan dan kebanyakan merasa dirugikan karena uang investasi awal dan bunga tidak dibayarkan.



Pihaknya kini sedang mencari Direktur Utama PT Eka Pioneer Groupindo, untuk dimintai keterangan. Namun sepertinya yang bersangkutan sudah menghilang, dan hingga kini tidak diketahui keberadaannya. Kantor perusahaan yang terletak di Jl Kol H Barlian juga sudah kosong, dan tidak ada aktivitas lagi.



"Sudah banyak yang melapor, tapi jumlahnya saat ini belum saya cek. Nilai investasi pun bervariasi, hingga ratusan juta. Kami masih cari direktur utama perusahaan tersebut, " ujar Iptu Hidayat Amin di Mapolres Lahat.



Dari penulusuran Sripoku.com, kantor PT. Eka Pioneer Groupindo terletak di sebuah ruko Jl Kol H Barlian Kelurahan Bandar Jaya Kota Lahat. Ruko tersebut terdiri dari enam pintu, empat diantaranya digunakan perusahaan tersebut, dan sisanya berdiri sebuah swalayan ternama. Tidak ada aktivitas apapun di kantor tersebut, karena pintu roolingdoor tertutup rapat. Menurut beberapa warga, kantor itu sudah tidak beroperasi mulai sekitar lima bulan lalu.



Sementera dari informasi yang berhasil dihimpun, PT Eka Pioneer Groupindo bergerak di bidang trading saham. Mereka menggunakan uang investasi yang setorkan investor, untuk melakukan transaksi jual beli saham. Keuntungannya kemudian digunakan untuk operasional kantor dan gaji pegawai, serta membayar bunga yang sudah tertuang dalam perjanjian.



Sementara ada sebuah situs


yang menjelaskan tentang visi misi perusahaan PT Eka Pioneer Groupindo. Namun kini sudah penuh hujatan dari banyak orang, karena dianggap investasi penipuan. Di sana juga disebutkan bila juga ada korban dari Meumere, dengan nilai investasi milyaran rupiah.

0 komentar:

Posting Komentar